“… Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat…” (QS al Mujadilah : 11).
Telah disampaikan sebelumnya bahwa akal merupakan nikmat yang besar yang dikaruniakan oleh Allah SWT kepada manusia. Akal merupakan sebuah nikmat yang dapat menyelamatkan manusia di dunia maupun di akhirat. Akal dapat menjadi jalan penyelamat bagi kita manakala digunakan untuk menuntut ilmu dan mengamalkannya di jalan-Nya.
Ilmu adalah bekal untuk menjalani kehidupan di dunia. Banyak ayat maupun hadis yang menunjukkan keharusan seseorang menggunkan akalnya untuk berfikir. Bukan untuk berkhayal, berangan-angan dan berimajinasi yang sia-sia. Namun, dalam rangka mengimplementasikan nilai-nilai ajaran Islam.
Tidak akan sempurna agama seseorang sampai ia menyempurnakan akalnya. Akal tanpa agama akan sesat. Adapun beragama tanpa akal merupakan tangga menuju pemahaman beragama yang sesat. Kita boleh menggunakaan akal, yang sifatnya terbatas, untuk mengeksplorasi ilmu pengetahuan di dunia. Namun ketika berhadapan dengan wahyu Allah, maka akal harus tunduk dan hanya digunakan untuk bagaimana cara yang terbaik melaksanakannya.
Rasulullah SAW bersabda, “tidak akan beranjak kaki anak Adam pada Hari Kiamat dari sisi Rabbnya sampai dia ditanya tentang lima (perkara), tentang umurnya dimana dia keluarkan, tentang masa mudanya dimana dia habiskan, tentang hartanya dari mana dia mendapatkannya dan kemana dia keluarkan dan tentang apa yang telah dia amalkan dari ilmunya“. (HR. At-Tirmizi). Dalam hadis yang lain Rasulullah SAW bersabda : “Barangsiapa yang menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga” (HR Muslim). Begitu mulianya orang yang berilmu, sehingga memerlukan usaha yang besar dalam meraihnya. Adapun kunci keberhasilan dalam menuntut Ilmu adalah sebagai berikut :
- Bersungguh-sungguh dan Optimis
Tidak ada jaminan atas panjangnya umur manusia. Tidak akan ada yang mengetahui kapan persisnya kita kembali kepada-Nya atau bagaimana akhir kehidupan kita. Maka jalan yang terbaik adalah memanfaatkan kesempatan untuk berbuat baik serta membiasakan kebaikan tersebut (dalam hal ini kebiasaan menuntut ilmu).
Malas merupakan salah satu masalah besar bagi para penuntut ilmu. Orang yang sungguh-sungguh akan senantiasa berusaha menghilangkan sifat malas pada dirinya. Rasulullah SAW mengajarkan doa agar dijauhkan dari sifat malas. “Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari kegelisahan dan kesusahan, dan aku berlindung pada-Mu dari kelemahan dan sifat malas, dan aku berlindung kepada-Mu dari sifat kikir dan pengecut, dan aku berlindung pada-Mu dari hutang yang tak mampu ditanggung serta kesewenangan orang yang tak mampu dilawan.” (HR Abu Dawud).
Jika kita sudah benar-benar dijangkiti rasa malas, maka cepat-cepatlah berusaha melawan dan membuangnya jauh-jauh. Malas adalah sifat buruk yang wajib dihindari oleh semua muslim. Malas dapat mengantarkan kita pada sifat orang munafik. “Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk salat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan salat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali” (QS an-Nisa : 142).
Selain meninggalkan sifat malas, pembuktian bahwa kita sungguh dalam menuntut ilmu ialah dengan selalu merasa haus akan ilmu. Kita tentu mengenal kehebatan Ibnu Abbas. Dia merupakan salah satu sahabat yang berpengetahuan luas dan banyak meriwayatkan ribuan hadits sahih. Hal ini tidak lepas dari kedekatannya dengan Rasulullah SAW dan kesungguhannya dalam menuntut ilmu. Kala Rasulullah wafat, Ibnu Abbas muda tidak berhenti mencari Ilmu. Dia beralih dari satu Sahabat yang satu ke yang lainnya dalam mencari ilmu. Ini menunjukkan kesungguhan beliau dalam menuntut ilmu.
- Berdoa
Ketika mempunyai keinginan, seringkali kita lalai untuk berdoa. Seolah tidak punya waktu untuk berdoa. Sejatinya, bagi seorang muslim, doa menempati posisi yang penting karena bentuk pengakuan kepada Allah SWT. Bahkan hadis yang diriwayatkan oleh Tirmidzi menyebutkan, “Siapa saja yang tidak mau memohon (sesuatu) kepada Allah, maka Allah akan murka kepadanya”
Mungkin kita pernah merasa sudah menggantungkan semua harapan (berdoa) kepada Allah SWT, namun belum juga terkabul. Padahal, Allah SWT berfirman, “… Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu” (QS. Al-Mu’min : 60). Adapun tentang doa-doa yang belum terkabul, barangkali ada hal-hal yang luput dari kita dalam berdoa.
Beberapa hal perlu diperhatikan anatara lain, tidak tergesa-gesa dalam berdoa. Rasulullah SAW bersabda, “doa seseorang dari kalian akan senantiasa dikabulkan selama ia tak tergesa-gesa hingga mengatakan; Aku telah berdoa kepada Rabbku, namun Dia belum juga mengabulkan untukku” (HR Muslim). Selanjutnya, kita perlu merendahkan diri. Rendah diri yang dimaksud memiliki makna agar kita berdoa dengan penuh harap kepada Allah SWT. “Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas” (QS al-A’raf : 55).
- Menghormati Guru
jika kita mencintai guru maka kita akan belajar segala sesuatu dari mereka. Dan barangsiapa yang tidak beradab kepada gurunya maka ia tidak akan mendapatkan apa-apa. Ingatlah, ilmu itu diambil dari dada para ulama bukan dari kitab. Maka barangsiapa tidak mencintai ulama ia tidak akan mendapat apa-apa.
Bersungguh-sungguh serta diiringi dengan doa dan menghormati guru merupakan kunci keberhasilan dalam meraih Ilmu. Semoga Allah SWT memberikan keberkahan dan kemudahan kepada siapapun yang sedang menuntut Ilmu sehingga apa yang diperoleh bermanfaat bagi dirinya dan orang lain. Amiin
oleh : DR. M. Shofwan Mabrur, MA
Ilmu adalah nahkoda dalam mengarungi kehidupan dunia dan akherat